-->

IBX5A740B417051C

Tuesday, June 10, 2014

Sulitkah untuk Mendapatkan Sertifikat TOEIC dan IC3 UB ?

Sudah hampir satu bulan berlalu semenjak tulisan saya sebelumnya, tetapi Alexa Rank ternyata belum bertambah. Haha, usut punya usut ternyata blog saya belum juga ada di index google. Mungkin ya karena vakum cukup lama dan "baru" menambahkan 1 post baru.

Gedung INBIS Universitas Brawijaya

Ok, kali ini saya tergelitik untuk membuat sebuah post tentang tes TOEIC dan IC3 yang mulai semester kemarin (semester ganjil 2013) diterapkan di kampus saya (Universitas Brawijaya Malang). Kepanjangan TOEIC sendiri adalah "Test of English for International Communication", sedangkan kepanjangan IC3 adalah "Internet and Computing Core Certification." Saya tertarik untuk membahas permasalahan ini karena sampai masuk "Radar Malang" (Jawa Pos Group) beberapa hari yang lalu. Di sana disebutkan bahwa ribuan ijazah mahasiswa UB tersandera karena belum lulus tes TOEIC dan IC3, di mana sertifikat kelulusan TOEIC dan IC3 menjadi salah satu syarat agar bisa mengikuti wisuda.

Nah, pertanyaannya sekarang adalah apakah memang begitu sulitkah tes TOEIC dan IC3 ? Mari kita lihat dulu syarat kelulusan untuk keduanya terlebih dahulu. Untuk TOEIC, dulu syarat kelulusannya adalah 500 (sekitar 50%) namun belakangan dikurangi menjadi 400, dan untuk IC3 dari yang dulunya harus lulus 2 dari 3 modul, belakangan diturunkan standarnya menjadi hanya 1 dari 3 modul. Setidaknya itu yang berlaku di jurusan Teknik Elektro, tetapi seharusnya bersifat global. Karena saya lihat di koran ada kesimpang-siuran berita di mana IC3 sebelumnya harus lolos semua, padahal saya pernah bertanya kepada beberapa teman di jurusan lain bahwa lolos 1-2 modul saja sudah cukup, tergantung kebijakan jurusan mereka masing-masing. Tidak ada yang mengatakan harus lolos semua, karena itu jelas memberatkan di mana ada 1 modul yang tingkatnya sedikit di atas dasar.

Di Teknik Elektro sendiri salah satu syarat wisuda awalnya bukanlah tes IC3, melainkan 2 buah sertifikat training yang berhubungan dengan komputer. Tetapi berhubung mulai semester kemarin diterapkan tes IC3, sehingga 2 buah sertifikat training tersebut digantikan dengan sertifikat kelulusan IC3 untuk 2 buah modul. Untuk saya pribadi, ini malah (mungkin) satu-satunya kebijakan Bung Kumis (baca : Prof. Yogi) yang saya sukai (sedangkan untuk kebijakan-kebijakan yang lain benar-benar di luar batas kewajaran, misalnya saja mahalnya biaya UKT, SPP Progresif, pembangunan pavling di saat musim hujan, dan lain lain). Karena dengan begitu, saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk training, walaupun mungkin jika gagal saya pun akhirnya harus mengeluarkan uang untuk mengulang, tapi itu pun mungkin hanya mengulang 1 modul, dan biayanya hanya setara dengan 1 training komputer. Yang paling penting kedua sertifikat ini cukup membantu lulusannya, karena bertingkat internasional.

Hal yang juga perlu diluruskan adalah kedua tes ini bersifat "gratis", di mana TOEIC gratis selama 3x percobaan dan IC3 selama 1x percobaan. Jadi cukup lucu juga ketika saya membaca di Radar Malang, karena mereka mengatakan bahwa tes IC3 harus membayar, berarti mereka kurang mendapatkan informasi. Yang lebih lucu lagi adalah presiden BEM tidak tahu-menahu tentang kedua tes ini, dan memberikan pernyataan bahwa seharusnya tidak ada tes yang menyulitkan setelah lulus (kurang lebih seperti itu), padahal yang benar kita harusnya sudah melaksanakan tes itu setidaknya 1 semester sebelum lulus sidang (kompre).

Kembali ke permasalahan utama, seberapa sulit kedua tes ini. Sebenarnya sudah sejak 2 bulan lalu saya ingin membuat post khusus untuk TOEIC dan IC3, karena itu di post ini saya bahas kesulitannya secara global saja.

Untuk TOEIC, syarat kelulusannya adalah 400 poin (sekitar 40% benar dari keseluruhan soal). Nah, kita pakai logika saja, untuk tingkatan mahasiswa, seharusnya ini sudah poin minimal karena seharusnya mereka sudah menguasai setidaknya dasar-dasar bahasa Inggris. TOEIC ini isinya sebagian besar hanya berisi tentang apakah kita bisa menerima informasi dengan benar, jadi jawaban satu dan lainnya hampir tidak berkaitan, berbeda dengan TOEFL yang erat berhubungan dengan grammar sehingga jawaban satu dan lainnya sulit dibedakan mana yang benar jika tidak jeli dalam membaca atau mendengarkan soal. Karena terdiri dari 100 soal listening dan 100 soal reading, maka minimal kita harus menjawab benar 40 soal untuk masing-masing sesi. Seharusnya kita malah tidak harus mencari nilai minimal lagi, tetapi nilai maksimal.

Sedangkan untuk IC3 ada 3 modul, yaitu computing fundamentals, key applications, dan living online.
Isi tesnya kurang lebih :
- Untuk computing fundamentals berisi tentang hardware, software, dan dasar-dasar pengoperasian Windows
- Untuk key applications berisi tentang pengoperasian Microsoft Office 2007/2010
- Untuk living online berisi tentang seputar dunia maya (email, sosial media, dll.)

Dengan syarat terkini (atau mungkin masih berdasarkan kebijakan jurusan masing-masing) yang hanya 1 modul, sangat tidak wajar jika tidak lulus sama sekali, karena untuk jaman sekarang hampir setiap hari kita tidak bisa terpisah dari yang namanya komputer.

Jika memang targetnya hanya lolos 1 modul, maka modul living online adalah yang paling besar chancenya. Mengapa ? Karena online sudah menjadi life style. Untuk lulus dalam 1 modul kita harus mendapatkan score 70% dari nilai total (berbeda untuk tiap modul dan soal). Tetapi bukan berarti dengan fokus di 1 modul kita harus mengabaikan modul lainnya, karena menurut saya sangat mubazir. Setidaknya Anda harus lulus 2 modul, di mana modul satunya adalah computing fundamentals, yang menurut saya adalah modul termudah jika Anda memang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan komputer. Modul key applications sendiri merupakan bonus jika kita bisa mengerjakannya. Pertanyaan di tiap-tiap modul sendiri hampir pertanyaan dasar semua (kecuali key applications) yang harusnya tanpa persiapan khusus pun kita sudah bisa mengerjakannya.

Nah, apakah Anda masih menganggap bahwa kedua tes ini harus dihapus ? Kalau saya lebih setuju SPP Progresif yang dihapus, karena jelas-jelas memberatkan terutama untuk mahasiswa fakultas kedokteran dan teknik.

Update:
5 Desember 2015
Berhubung TOEIC sudah tidak lagi digunakan sebagai salah satu persyaratan pendaftaran wisuda, saya membuat post baru tentang TOEFL ITP pada post berikut ini
http://www.fair-de.com/2015/12/toefl-itp-pengganti-toeic-sebagai-salah.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More