Kamis, 19 November 2015. Siang hari itu, sekitar pukul 13.00 WIB, saya mengendarai motor saya menuju kampus dengan santai. Tujuannya hanya ingin mengambil undangan wisuda dan toga, mungkin sekaligus diselingi ngobrol dengan teman-teman jika bertemu di sana nanti. Haha, tepat H-2 sebelum gladi resik saya baru mengambil undangan wisuda dan toga. Tidak telat juga sih, karena undangan dan toga baru bisa diambil sejak Rabu alias H-4 pelaksanaan wisuda. Kira-kira hanya ada waktu sekitar 3 hari bagi wisudawan untuk mengambilnya (Rabu-Jumat) karena Sabtu hari libur. Sebenarnya sudah diajak teman-teman untuk mengambilnya pada hari Rabu, tetapi malas sekali karena kebetulan sedang tidak ingin keluar rumah.
Di tengah perjalanan menuju kampus, awan sudah terlihat cukup hitam pertanda akan turunnya hujan. Seingat saya, hari itu tepat seminggu sejak dimulainya hujan di kota Malang. Hmm
no problem, mantel hujan saya selalu setia berada di bagasi motor. Tetapi saya berharap bahwa hujan tidak akan turun sebelum saya sampai kampus. Haha ngarep banget! Perjalanan pun saya lanjutkan hingga tersisa kira-kira 2-3 km saja. Gerimis. Masih rintik-rintik, belum saatnya memakai mantel.
Sayangnya lalu lintasnya cukup padat, sehingga hanya bisa "merayap". Lama-kelamaan frekuensi rintikan gerimis makin cepat. Saya pun mencoba menggunakan kelebihan pengendara motor, yaitu memanfaatkan celah sebaik-baiknya. Sadly, setiba di daerah dekat gerbang besar Universitas Negeri Malang (UM), gerimis tadi sudah berubah menjadi hujan deras.
Not good, di sisi kiri banyak dipenuhi angkutan kota yang ngetem menunggu penumpang. Motor pun saya pacu lagi sekitar 100 meter, baru kemudian menepi untuk memakai mantel. Haha, sayang sekali padahal gerbang UB (Universitas Brawijaya) sudah di depan mata, tepatnya di seberang jalan.
Saat sedang melakukan "ritual" memakai mantel, terlihat 2 orang remaja putri yang berboncengan (motor) ikut menepi. Tampaknya mahasiswa juga, eh mahasiswi ding. Terlihat mereka berdua berjalan ke arah saya dan berkata "Mas, boleh minta nomor hp nya ?". Upps, sejenak kemudian saya segera sadar dari lamunan tersebut. Pasang helm kembali dan nyalakan mesin. Brrmmm. Saya lihat kedua mahasiswi tersebut rupanya tidak membawa mantel dan tetap berteduh di tempat tadi.
Ada yang saya suka dari hujan saat berkendara. Jalanan tidak seramai kalau cerah, hanya yang bernyali saja yang masih tetap melanjutkan perjalanan, entah mengenakan jas hujan ataupun tidak. Tentunya mobil tidak dihitung, hanya pengendara motor saja. Hahaha...
Okeh, saya sudah memasuki area kampus UB, sangat sepi jadi serasa raja, trololol. Langsung saya arahkan saja motor saya menuju bundaran UB, kemudian menuju parkiran Teknik Elektro-Mesin. Di area parkir terlihat beberapa anak "cangkrukan". Wajah-wajahnya tidak ada yang saya kenal sama sekali. Jelas saja, angkatan saya harusnya sudah tidak ada yang kuliah lagi. Eh, ada sih satu orang lagi, Okta. Karena semester kemarin belum siap skripsi jadinya ambil cuti. Well, rugi kalo menurut saya karena tidak ada kompatriot lagi.
Copot helm, taruh kaca spion biar tidak kena air dalamnya. Hmm, sempat mau copot mantel tapi ragu-ragu. Hujan masih cukup deras. Terlihat saya memperkirakan apakah bila saya lepas mantel, sesampainya di gedung B Elektro akan basah kuyup atau tidak. Mungkin kalau ada yang memperhatikan akan melihat saya seperti orang linglung :D. Sekitar satu menit berpikir, akhirnya daripada repot-repot mending saya pakai mantelnya sekalian biar tidak kehujanan.
Jreng jreng jreng, batman numpang lewat.
Oh, iya sebenarnya pengambilan undangannya di Dekanat, tetapi karena hujan ya mari berteduh dulu di Gedung B Elektro. Sesampai di pinggiran gedung B langsung saya copot mantel dan melipatnya dengan rapi. Hmm lagi-lagi wajah-wajah asing berkeliaran. Memasuki gedung B tampak ruang tunggu dosen. Hanya terlihat Pak Ponco saja. Di sofa terlihat Pak Wijono berdiskusi dengan nampaknya mahasiswa S2. Pemandangan biasa buat saya. Beliau melihat saya, otomatis saya pun memberikan salam kemudian mohon pamit ke atas.
Huhu, tujuan saya ke mana lagi kalau bukan ke Laboratorium Informatika dan Komputer, tempat saya menjadi asisten lab dulu. Ada berkas saya yang tertinggal di situ, tepatnya legalisiran transkrip dan ijazah. Saya titipkan kepada teman saya untuk mengambilkannya dan menaruhnya di lemari lab 2 minggu sebelumnya.
Saat akan memasuki lorong menuju lab, terlihat adik angkatan 2009, Puguh, sedang duduk di kursi depan ruang kepala jurusan. Saya hampiri dia dan kamipun berbincang sejenak. Ternyata dia masih sibuk dengan urusan praktikum dan sedang menunggu giliran post test. Karena dia satu konsentrasi dengan Okta, teman saya 2008, saya tanyakan sekalian bagaimana perkembangan skripsi teman saya tersebut. Well, ternyata setahu dia belum ada progres sama sekali, sama dengan dia (Puguh). What the... Gila, mungkin mau ngabisin jatah cuti rupanya (jatah cuti 2 semester).
Sepuluh menit berlalu. Saya pun pamit menuju lab karena dia pun akan segera menjalani post test. Saya buka pintu lab. Terlihat Mas Rahmad (laboran) dan juga 3 orang yang tidak asing bagi saya. Bayu, Ridha, dan satu orang lagi yang saya lupa namanya. Memang asisten lab yang baru jarang nongol di lab, lebih sering bertapa di Ristie, jadinya kurang akrab. Yah, setidaknya itu penilaian saya selama menjalani semester terakhir di mana saya bertapa di lab setiap hari, paling tidak pagi sampai siang saya selalu berada di lab.
Saya taruh mantel saya di dekat rak sepatu. Terlihat Bayu melambaikan tangan, saya pun membalasnya. Sejenak saya bertanya kepada Mas Rahmad apakah ada angkatan 2008 yang datang ke sini tadi. Ternyata ada, Wahyu, teman seperjuangan skripsi saya. Tetapi sepertinya dia sudah pulang. Ya sudah. Langsung saya cari berkas yang saya cari di lemari. Hmm, kok tidak ada. Ternyata ada di tengah-tengah tumpukan. Huhu, ada sedikit perasaan sedih saat melihat legalisiran ijazah. Rupanya perjalanan kuliah saya sudah berakhir.
Lemari saya tutup dan kemudian saya menuju kursi empuk yang bisa berputar 360 derajat, lol. Saya lihat-lihat lagi transkrip dan nilai yang telah saya raih selama ini. Well, ini karena sebelum wisuda hanya boleh meminjam transkrip untuk difotokopi untuk urusan legalisir. Teringat perjuangan tiap mata kuliah yang saya lalui. Huhu..
Sepuluh menit kemudian terlihat hujannya sudah mulai reda. Segera saya beranjak dari tempat duduk untuk menuju dekanat. Saya tengok pemandangan di luar melalui jendela lab. Hmm, masih gerimis dalam skala besar. Terpaksa harus menunggu lagi. Saya tengok apa yang sedang dikerjakan Bayu bersama Ridha. Sedang membenahi server lab rupanya. Basa-basi sejenak dengan Bayu sebelum kemudian benar-benar meninggalkan lab karena sudah gerimis dalam frekuensi rendah.
Tak lupa saya mengambil mantel yang tadi saya taruh di dekat rak sepatu. Terlihat Mas Rahmad sudah tidak ada di tempatnya. Yup, beberapa menit setelah saya masuk lab, Mas Rahmad terlihat meninggalkan lab. Beberapa bulan belakangan memang terlihat jarang bersemedi di lab lagi, terutama setelah saya selesai mengerjakan skripsi.
Sepi. Itu kesimpulan yang saya ambil sepanjang perjalanan dari lab menuju parkiran. Yup, ga keren banget kan ke dekanat bawa-bawa mantel. Kalau kering sih bisa ditaruh tas, lha ini basah cuy. Oke, sekarang mantel sudah saya taruh kembali di bagasi motor. Saatnya menuju dekanat. Pakai motor ? Ya ngga lah, pakai motor cukup waktu dari rumah ke kampus. Kalau sudah di area kampus sangat jarang saya menggunakan motor lagi, kecuali pulang ya.
Dum dum dum, jalanan setapak cukup sepi juga rupanya. Pada takut hujan kali ya? Hehe..
Entah ada acara
prank atau apa di salah satu gazebo dekat pertigaan fakultas teknik, terdapat beberapa mahasiswi yang menengok ke saya dan mereka terlihat seperti membicarakan sesuatu sambil senyum-senyum ke saya. WTF man! No, no, no, ini bukan lamunan seperti tadi,
it's the fact. Saya pun segera mengalihkan pandangan dari mereka dan tetap berusaha untuk tetap cool. Sambil terus berjalan saya berusaha mencari apa yang salah dari penampilan saya. Jangan-jangan... Saya lihat resleting celana saya. Oh aman. Di sela-sela melewati ruangan yang terdapat kaca saya juga mencoba melihahat dandanan saya. Hmm, tidak ada yang salah. Fufufu, biarkan saja kalau begitu tidak usah dipikirkan.
Ok sip, melewati lorong menuju dekanat, berkumpul mahasiswa dan mahasiswa Arsitek, PWK, dan Pengairan (kurang tau ya kalau ada jurusan lain :D), Teknik semua pastinya. Ufft, sedikit basah terkena air hujan pakaian yang saya kenakan. Teringat teman saya yang bernama Yudhistira memberitahukan bahwa undangan diambil di lantai 1 dan toga diambil di lantai 8. Langsung saja saya bertanya ke resepsionis lantai 1 terdekat yang merupakan anak SMK dalam sedang PKL.
"Ngambil undangan di sebelah mana ya mbak?"
"Oh, di belakang mas."
"Ok, terima kasih mbak."
Tunggu sebentar, belakang lantai 1 dekanat bukannya toilet, atau kalaupun belakang mbaknya ini setahu saya jarang ada mahasiswa yang masuk. Saya pun bertanya lagi.
"Belakang itu di mana ya mbak?"
"Itu mas di situ," kata mbaknya sembari menunjukkan arah menggunakan tangannya sambil senyum-senyum.
"Oh, terima kasih lagi mbak."
Dalam hari sih bergumam, lah yang benar aja, itu sih pojokan dari deretan tempat mbaknya jaga. Kok malah saya yang diketawain gara-gara mbaknya salah milih kata. ~.~
Langsung saja saya menuju ke pojokan, persis di samping kiri tempat registrasi wisuda. Terdapat seorang bapak yang menjaga.
"Permisi pak. Saya mau mengambil undangan wisuda."
"Oh, iya dik namanya siapa ya ?"
"Ferdy pak, jurusan Elektro."
"Baik, saya carikan dulu ya sambil kamu tanda tangani lembar ini."
Beliau menyerahkan lembaran tanda pengambilan undangan wisuda. Segera saya cari nama saya dan saya bubuhkan tanda tangan di tempat yang sudah disediakan. Sambil menunggu bapaknya menemukan undangan saya, saya melihat-lihat nama teman saya di daftar tersebut. Well, sebagian besar sudah mengambil rupanya. Sejenak kemudian sang Bapak sudah menemukan undangan saya.
"Ini ya undangannya. Jangan lupa acara ramah tamah hari Jumat untuk pengambilan transkrip."
"Baik pak. Terima kasih."
Undangannya terdiri dari undangan untuk ramah tamah dan undangan wisuda. Pada acara ramah tamah ini akan diadakan oleh fakultas masing-masing dan akan menerima transkrip, sedangkan untuk wisuda diadakan seuniversitas dan menerima ijazah.
Setelah memasukkan undangan ke dalam tas, saya bergegas menuju lift yang akan segera sampai di lantai 1. Pintu lift terbuka. Terlihat seorang mahasiswa dan seorang mahasiswa keluar dari dalam lift. Setelah kedua orang itu keluar, saya dan seorang bapak masuk ke dalam lift. Cukup kecil lift di dekanat, idealnya menurut saya hanya untuk 6 orang (maksimal). Bapak yang tadi menekan tombol 7 di lift, pertanda akan ke lantai 7. Karena saya mau ke lantai 8 mau tidak mau harus ikut ke lantai 7 dulu, karena liftnya hanya mencakup 7 lantai, dari lantai 1-7. Sedangkan untuk ke lantai 8 hanya bisa lewat tangga.
Ting. Terbukalah pintu lift. Sampailah kami berdua di lantai 7. Beliau keluar duluan baru kemudian saya menyusul. Saya bergegas menuju tangga agar segera sampai di lantai 8 karena saya lihat awannya mulai hitam lagi. Hoo, baru sadar saya rupanya ruangan di lantai 8 ini ruang darma wanita. Hahaha.. Oke mari masuk. Terlihat seorang ibu menjaga ruangan tersebut sedang bercakap seorang yang saya duga calon wisudawan juga seperti saya. Terlihat calon wisudawan tersebut baru saja menentukan ukuran yang pas untuk toganya. Walaupun saya tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan, tapi yang saya tahu pembicaraannya tidak berhenti-henti semacam ngobrol dengan teman akrab. Dalam hati sih saya berpikir, jangan-jangan ini anak seperti Raffi Ahmad, penggoda tante-tante. Wkwkwkwk..
Karena saya termasuk orang yang tertib dalam mengantri, saya pun menunggu sampai calon wisudawan tersebut selesai. Agar tidak salah tingkah, saya mengeluarkan undangan wisuda yang saya terima tadi dan membacanya. Gile, sudah ditunggu 3 menit belum kelar juga padahal sudah selesai fitting toga. Jangan-jangan benar dugaan saya tadi, hahaha..
Okeh, entah berapa menit kemudian yang jelas calon wisudawan yang tadi sudah cabut, sekarang giliran saya beraksi.
"Permisi Bu saya mau ngambil toga."
"Oh, iya. Bisa minta bukti pembayaran toganya?"
(dalam hati) "Hah, bukannya waktu daftar wisuda dulu sudah, kok minta lagi."
"Ini fotokopian atau yang asli Bu? Kalau yang asli sepertinya saya tidak bawa."
"Fotokopian juga gapapa. Terserah."
Nah loe, untung dulu waktu dapat "begituan" langsung saya copy beberapa, jadinya ada simpanan. Memang ribet sekali administrasi ala Indonesia. Tidak jarang pula yang double bahkan triple. Langsung buka map yang berisi berkas-berkas administrasi wisuda dan sejenisnya. Saya lihat apakah ada bukti pembayaran toga. Ada. Segera saya ambil dan saya berikan ke ibu tadi.
"Ini Bu bukti pembayarannya."
"Baik. Sekarang kamu tulis data kamu di buku itu."
"Iya Bu."
Saya lihat sejenak buku pengambilan toga tersebut. Opps, saya kebagian nomor 67. Padahal wisudawan untuk tanggal 22 dari Fakultas Teknik ada 90 anak. Berarti termasuk golongan terakhir nih. Saya lihat juga nama-nama di atas saya. Sial, teman-teman angkatan saya sudah banyak yang mengambil rupanya. Dan saya lihat nomor 1, tertulis Wahyu A.R., teman satu konsentrasi saya. Asem! Segera saya isi data-data yang kira-kira isinya nama, NIM, jurusan, dan tanda tangan tersebut.
"Sudah saya isi Bu daftar pengambilan toganya."
"Silahkan kamu fitting dulu di situ. Sudah tahu kan kira-kira ukuran mana yang pas."
"Iya. Kalau tidak M ya L."
"Baik, silahkan dicoba."
Baru akan beranjak ke tempat fitting yang sebenarnya hanya berjarak 3 langkah saja, ibu tersebut bertanya lagi.
"Angkatan berapa dik?"
"2008 Bu."
"Wah 2008 ya. Sudah puas ya berarti kuliahnya."
"Haha," balas saya sambil tersenyum simpul.
"Ini saya bukan cari alasan Bu, tapi khusus Elektro sampai angkatan saya itu cukup susah. Buktinya ini 10 orang angkatan saya di wisuda yang periodenya sama."
"Oh, gitu ya. Memangnya siapa sih dosen di elektro?"
Langsung begitu ditanyai "begituan" saya sebutkan dosen-dosen angker yang memang seharusnya terkenal di kalangan Fakultas Teknik.
"Waduh itu dosen elektro ya. Ga heran saya dik kalau begitu. Memang susah kalau dosennya itu-itu."
"Makanya itu Bu, kebetulan saya dapatnya dosen-dosen itu terus."
Well, rupanya benar-benar well known dosen-dosen angker tersebut. Serasa membahas apa yang ada di postingan saya sebelumnya. Pembicaraan terus berlanjut selama proses fitting toga. Sempat ragu pilih L atau M, saya pun mencoba yang M 2x, tetapi nasib berkata bahwa L yang paling pas. Akhirnya saya pun memutuskan untuk memilih ukuran L, walaupun begitu pembicaraan kita berdua terus berlanjut.
Beliau sudah memberikut 1 set toga ukuran L yang sudah dimasukkan ke dalam tas dengan logo UB. Sadar bahwa hujan akan segera datang lagi, saya pun pamit undur diri walaupun pembicaraan masih bisa berlanjut.
"Aduh, maaf nih Bu. Tapi sepertinya sebentar lagi akan turun hujan (lagi). Saya pamit dulu soalnya saya parkirnya di parkiran Elektro-Mesin. Takutnya keburu kehujanan."
"Oh, ya udah dik. Iya mau hujan lagi kayaknya. Semoga sukses ya."
"Iya terima kasih Bu."
Sampai dengan selesainya giliran saya, ternyata untuk sementara belum ada lagi yang mengambil toga. Untuk mempercepat waktu saya langsung berjalan menuruni tangga dan menuju lift di lantai 7. Biasanya kalau ke dekanat sendirian nih turunnya lewat tangga sampai lantai 1, sekalian lihat-lihat ada acara atau keadaan apa di setiap lantainya. Di lift ternyata saya sendirian saja sampai lantai 1, sepi rupanya musim hujan begini. Sambil menunggu lift turun sampai lantai 1 saya berpikir, tadi saya ngatain calon wisudawan yang mengambil toga sebelum toga gara-gara ngobrol lama banget. Padahal sepertinya saya ngobrolnya lebih lama. Weleh!
Forgive me calon wisudawan sebelumnya, entah siapa namamu!
Benar saja dugaan saya, di tengah perjalanan menuju tempat saya memarkir motor, hujan pun turun. Hanya saja masih gerimis, dan bukan dalam skala yang bisa membuat basah kuyup. Saya percepat langkah saya untuk menghindari kemungkinan hujan deras.
And you know what, cewe-cewe yang tadi ngelakuin
prank atau apalah ternyata masih ada, dan kembali melakukan aksinya begitu saya melewati jalan tersebut.
Who cares man! Lumayanlah masuk Youtube kalau emang itu
prank :D.
Akhirnya sampai juga di parkiran. Hujannya masih belum terlalu deras. Saya starter saja motor saya dan langsung cabut dari kampus. Tidak berselang lama setelah keluar dari area UB, hujan berubah menjadi deras. Hehe, mau tidak mau menepi lagi untuk memakai mantel. Momen tersebut saya abadikan dalam gambar berikut.
Huhu, mungkin sampai sekian saja kisah di post kali ini. Baru sadar kegiatan yang hanya dilakukan dalam waktu kira-kira 2 jam bisa sebanyak ini kalau dijadikan tulisan. Pantas saja saya malas untuk menulis karena begitu menulis, saya tidak puas dengan tulisan yang hanya sedikit saja. Haha, ok sip. Nantikan cerita lanjutannya :)