Beberapa hari yang lalu tiba-tiba saja saya diharuskan membuat surat pernyataan dan harus dibubuhi materai 6 ribu. Wah, gimana nih. Hari sudah malam juga saat itu, sekitar pukul 9 lebih. Sedangkan rumah saya walaupun berada di kota tetapi termasuk daerah pinggiran, sehingga jarang sekali terdapat tempat fotokopian, tempat penjualan alat tulis, kantor pos, dan sejenisnya sangat langka di dekat sini. Kalaupun ada sudah tutup semua jam segitu.
Tetapi, seperti umumnya semua daerah di bagian Jawa lainnya, minimarket sejenis Alfamart, Indomart, dan sebangsanya cukup menjamur di sini. Pikiran saya saat itu, "Ada mungkin kali ya di Alfamart. Barang-barang aneh macam Durex yang saya tidak tahu laku atau tidak saja dijual di sana. Mungkin materai dijual di sana juga kali ya."
Segera saja saya geber motor saya menuju Alfamart terdekat yang jaraknya kira-kira 500 meter dari rumah. Di halaman parkir Alfamart tidak nampak motor-motor pembeli. Hanya terlihat 1-2 motor yang sepertinya motor dari para karyawan Alfamart.
Saya parkir motor dan segera menuju ke dalam. Hmm, tidak terlalu beda suhu di dalam ruangan dengan suhu di luar. Maklum, di Malang ketika malam hari lumayan dingin. Dan benar dugaan saya, hanya ada karyawan saja di dalam, tidak ada pembeli lain selain saya.
Karena tidak mungkin materai dipajang di rak-rak layaknya snack (ya iyalah), saya pun menuju ke arah kasir untuk bertanya. Melihat saya berjalan mendekat, seorang kasir yang kebetulan saat itu seorang perempuan.
"Selamat datang di Alfamart. Ada yang bisa saya bantu?", tanya mbak tersebut.
"Ah, iya mbak. Jual materai, mbak?", tanya saya.
"Iya ada, sebentar saya ambilkan", jawab mbaknya sambil mengambil materai, entah di mana saat itu saya tidak memperhatikan.
Di bawah meja kasir kalau tidak salah lokasi penyimpanan materai. Agak lama sih nyarinya, ya walaupun tidak sampai satu menit.
"Butuh berapa mas?" tanya mbaknya setelah berhasil menemukan materainya.
"Dua saja mbak", jawab saya.
Nah, di sini saya merasa agak sedikit ganjil karena mbaknya tidak memberitahukan harga materai tersebut. Normalnya sih materai 6 ribu dijual seharga 6,5 sampai 7 ribu. Yang normal ya, itu kalau kita membelinya di tempat fotokopian, toko alat tulis, atau kantor pos.
Setelah mbaknya menyobek materai sebanyak 2 lembar, barulah dia memberitahukan harganya kepada saya.
"Enam belas ribu dua ratus mas", kata mbaknya sambil mengeprint struk.
"Whaaatttt???!!", gumam saya dalam hati.
Uang sebesar 15 ribu yang sudah saya siapkan pun segera saya masukkan lagi ke dalam dompet dan menggantinya dengan uang sebesar 20 ribu. Sebenarnya saya sudah memprediksi kalau harganya akan tidak wajar, tetapi tebakan saya hanyalah 7,5 ribu. Lha ini kalau dua lembar 16,2 ribu berarti satuannya 8,1 ribu. Untuk kaum atas sih harga tidak masalah, tetapi untuk kaum menengah ke bawah harga tersebut mungkin cukup memberatkan.
Saya jawab saja, "Iya mbak."
"Mau beli pulsa sekalian mas?", tanya mbaknya yang malah promosi pulsa.
"Ngga usah, mbak. Kebetulan barusan ngisi", kata saya sambil menyerahkan selembar 20 ribu.
Mbaknya pun segera memasukkan 2 lembar materai tersebut ke dalam sebuah kantong plastik kecil dan memberikannya kepada saya. Tidak lupa menyertakan struk dan juga kembalian.
"Terima kasih sudah berbelanja di Alfamart", kata mbaknya.
"Sama-sama", jawab saya.
Jadi keseimpulannya ya bolehlah kita membeli materai di minimarket jika memang keadaannya memaksa, tetapi jika ada toko lain yang menjual dengan harga mahal sebaiknya ya di situ saja, jangan di minimarket. Praktek-praktek pengambilan untung secara berlebihan jangan terlalu didukung, walaupun sebenarnya tidak dilarang. Kecuali jika nantinya pemerintah benar-benar akan menerapkan harga materai 6 ribu menjadi 18 ribu dan ternyata minimarket tetap menjualnya seharga 8 ribu, itu baru saat di mana kita wajib membelinya di minimarket :D
Tetapi, seperti umumnya semua daerah di bagian Jawa lainnya, minimarket sejenis Alfamart, Indomart, dan sebangsanya cukup menjamur di sini. Pikiran saya saat itu, "Ada mungkin kali ya di Alfamart. Barang-barang aneh macam Durex yang saya tidak tahu laku atau tidak saja dijual di sana. Mungkin materai dijual di sana juga kali ya."
Segera saja saya geber motor saya menuju Alfamart terdekat yang jaraknya kira-kira 500 meter dari rumah. Di halaman parkir Alfamart tidak nampak motor-motor pembeli. Hanya terlihat 1-2 motor yang sepertinya motor dari para karyawan Alfamart.
Saya parkir motor dan segera menuju ke dalam. Hmm, tidak terlalu beda suhu di dalam ruangan dengan suhu di luar. Maklum, di Malang ketika malam hari lumayan dingin. Dan benar dugaan saya, hanya ada karyawan saja di dalam, tidak ada pembeli lain selain saya.
Karena tidak mungkin materai dipajang di rak-rak layaknya snack (ya iyalah), saya pun menuju ke arah kasir untuk bertanya. Melihat saya berjalan mendekat, seorang kasir yang kebetulan saat itu seorang perempuan.
"Selamat datang di Alfamart. Ada yang bisa saya bantu?", tanya mbak tersebut.
"Ah, iya mbak. Jual materai, mbak?", tanya saya.
"Iya ada, sebentar saya ambilkan", jawab mbaknya sambil mengambil materai, entah di mana saat itu saya tidak memperhatikan.
Di bawah meja kasir kalau tidak salah lokasi penyimpanan materai. Agak lama sih nyarinya, ya walaupun tidak sampai satu menit.
"Butuh berapa mas?" tanya mbaknya setelah berhasil menemukan materainya.
"Dua saja mbak", jawab saya.
Nah, di sini saya merasa agak sedikit ganjil karena mbaknya tidak memberitahukan harga materai tersebut. Normalnya sih materai 6 ribu dijual seharga 6,5 sampai 7 ribu. Yang normal ya, itu kalau kita membelinya di tempat fotokopian, toko alat tulis, atau kantor pos.
Setelah mbaknya menyobek materai sebanyak 2 lembar, barulah dia memberitahukan harganya kepada saya.
"Enam belas ribu dua ratus mas", kata mbaknya sambil mengeprint struk.
"Whaaatttt???!!", gumam saya dalam hati.
Uang sebesar 15 ribu yang sudah saya siapkan pun segera saya masukkan lagi ke dalam dompet dan menggantinya dengan uang sebesar 20 ribu. Sebenarnya saya sudah memprediksi kalau harganya akan tidak wajar, tetapi tebakan saya hanyalah 7,5 ribu. Lha ini kalau dua lembar 16,2 ribu berarti satuannya 8,1 ribu. Untuk kaum atas sih harga tidak masalah, tetapi untuk kaum menengah ke bawah harga tersebut mungkin cukup memberatkan.
Saya jawab saja, "Iya mbak."
"Mau beli pulsa sekalian mas?", tanya mbaknya yang malah promosi pulsa.
"Ngga usah, mbak. Kebetulan barusan ngisi", kata saya sambil menyerahkan selembar 20 ribu.
Mbaknya pun segera memasukkan 2 lembar materai tersebut ke dalam sebuah kantong plastik kecil dan memberikannya kepada saya. Tidak lupa menyertakan struk dan juga kembalian.
"Terima kasih sudah berbelanja di Alfamart", kata mbaknya.
"Sama-sama", jawab saya.
Penampakan 2 Lembar Materai yang Saya Beli |
Jadi keseimpulannya ya bolehlah kita membeli materai di minimarket jika memang keadaannya memaksa, tetapi jika ada toko lain yang menjual dengan harga mahal sebaiknya ya di situ saja, jangan di minimarket. Praktek-praktek pengambilan untung secara berlebihan jangan terlalu didukung, walaupun sebenarnya tidak dilarang. Kecuali jika nantinya pemerintah benar-benar akan menerapkan harga materai 6 ribu menjadi 18 ribu dan ternyata minimarket tetap menjualnya seharga 8 ribu, itu baru saat di mana kita wajib membelinya di minimarket :D
0 comments:
Post a Comment
Feel free to ask if you have any questions..
Don't forget to thick "Notify me" so you can know when I'm answer your question later..
Or you also can bookmarking this post..
Thank you :)